Legenda,Simbolisme dan Kepercayaan
Candi Borobudur bukan hanya sekedar mahakarya arsitektur dan keagamaan umat Budha, Tetapi juga menypan berbagai verita rakyat dan mitos yang terkenal dan sering dibicarakan oleh wisatawan maupun masyarakat lokal adalah Kunto Bismo.
mitos ini berakar dari sebuah patung di relif Borobudur yang konon menyimpan kekuatan mistis dan dipercaya dapat mengabulkan permintaan. Namun, apa sebenarnya mitos ini? Dari mana asal-usulnya? Dan bagaimana masyarakat menanggapinya?
Apa Itu Kunto Bismo?
Kunto Bismo (juga ditulis "KUNTO BISMO") sering dihubingkan dengan sebuah arca di lorong relif Candi Borobudur. Patung tersebut menggambarkan sosok pria duduk bersila dengan posisi tangan tertutup. Patung ini terkenal karena menjadi bagian ritual kepercayaan informal di mana pengunjung mencoba menjangkau tangan patung tersebut melalui celah stupa, dengan harapan permintaanya akan dikabulkan
Istilah "Kunto Bismo" sendiri tidak ditemukan secara resmi dalam prasasti maupu teks kuno Buddhis. Nama ini lebih berkembang sebagai bagian dari legenda lisan yang di wariskan turun-temurun.
Legenda dan Asal-usul
Menurut cerita rakyat jawa, Kunto Bosmo adalah nama seorang tokoh sakti, murit dari tokoh besar dalam cerita pewayangan atau legenda setempat, yang mendapatkan anugrah kekuatan dari alam dan para dewa. Dalam versi lain, Kunto Bismo digambarkan sebagai pangeran yang saleh dan bijak, yang kemudian mencapai pencerahan.
Legenda mengatakan bahwa jika seseorang berhasil menyentuh tangan Kunto Bismo yang tersembunyi di dalam stupa tertutup, maka permintaannya akan terkabul. Namum, hanya mereka yang tulus hatinua atau memiliki niat baik yang bisa berhasil.
Lokasi Kunto Bismo di Borobudur
Mitos ini berkaitan erat dengan salah satu stupa berlibang di tongkat atas Candi Borobudur, tepatnya di bagian tiga teras melingkar (tingkat arupadhatu) yang di penuhi stupa-stupa berlubang berisi arca Budda.
Didalam salah satu stupa berlubang tersebut terdapat arca yang dipercaya sebagai Kunto Bismo. Wisatawan kerap mencoba memasukan tangan melalui lubang stupa untuk menyentuh tangan arca tersebut, sebagai bagian dari "ritual keberuntungan".
Makna Simbolis
Dalam ajaran Budda Mahayana yang menjadi dasar pembangunan Candi Borobudur, posisi tangan atau mudra dari arca Budda memiliki makna yang dalam. Posisi tangan yang berada di dalam stupa tersebut adalah Dharmachakra Mudra atau Bhumisparsha Mudra, tergantung pada interpretasi.
Simbolisme dari menyentuh patung di dalam stupa bisa di maknai sebagai pencarian spiritual: seseorang harus berjuang dan melewati batas luar (lubang stupa) untuk mencapai pencerahan atau kebahagiaan sejati (arca Budda di dalamnya).
Antara Mitos dan Pelestarian
Walaupun mitos Kunto Bismo menjadi daya tarik tersendiri. Balai konservasi Borobudur dan UNESCO tidak merekomendasikan pengunjung melakukan kontak langsung dengan arca atau setruktur candi, demi pelestarian situs warisan dunia ini. Kontak fisik yang terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan batu yang berusia lebih dari 1.200 tahun.
Karena itu, saat ini praktik menyentuh arca dalam stupa telah dilarang atau di batasi, dan pengunjung didorong untuk menghormati nilai sejarah dan spiritual Candi Borobudur.
Kesimpulan
Mitos Kunto Bismo adalah cermin dari bagian warisan budaya dan kepercayaan lokal tumbuh berdampingan dengan warisan sejarah dunia seperti Candi Borobudur. Meski tidak memiliki dasar dalam doktrin Buddhis yang baku, kisah ini mencerminkan keinginan manusia akan harapan, perlindungan dan keberuntungan.
Mitos ini juga menjadi pengingat bahwa selain nilai arsistektur dan spiritual, Borobudur adalah ruang tempat budaya lisan dan kepercayaan lokal terus hidup, meski t dalam bentuk tak tertulis.
Komentar
Posting Komentar